Video “Gek Bali” yang beredar di media sosial menuai kecaman dari berbagai pihak. Video tersebut memperlihatkan dua orang pria yang seolah-olah sedang menawarkan seorang perempuan berpakaian kebaya merah kepada pria lain dengan harga tertentu. Konten ini dinilai mengandung unsur pelecehan seksual dan eksploitasi perempuan.
Percakapan dalam Video “Gek Bali”
Tampak dalam video ada perempuan yang memakai kebaya merah dan disebelahnya duduk pria berpakaian hitam yang melakukan percakapan dengan pria di belakang video.
“Barang baru lagi nih, Gek Bali… Sule, selera bule… Dia jago banget bikin sate lilit, aromanya sambal matah,” kata pria berbaju hitam disebelahnya dalam video yang seolah seperti sedang menawarkan perempuan berbaju merah tersebut ke pria lain. Pria berpakaian warna hitam juga menjelaskan mengenai kekurangan dari perempuan berkebaya merah di sebelahnya seolah terjadi negosiasi.
“Opennya berapa?” tanya pria lain yang menanggapi pertanyaan pria hitam tersebut.
“Full versi kayak gini Rp5 juta…” jawab pria bepakaian hitam itu.
Di akhir video, kedua pria itu terlihat menyetujui harga si perempuan kebaya merah senilai Rp9 juta.
Viralnya video bertajuk ‘Gek Bali’ di media sosial ini membuat pemilik SINII Digital Agency. Donny Sucahya mengunggah video permintaan maaf melalui sebuah video unggahan.
Ia membenarkan bahwa video viral tersebut adalah ide serta konsepnya sesuai persetujuan dirinya dan dia bertanggung jawab atas video tersebut.
“Nggak ada sedikitpun niat dari saya untuk menjelekkan, menjatuhkan, merendahkan, atau bahkan menyinggung siapapun. Saya Donny Sucahya dan kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian hari ini.
Baca juga: Bikin Geger! Tebing di Pecatu Dikeruk Untuk Dibangun Hotel
Ni Luh Djelantik angkat bicara atas video tersebut
Ni Luh Djelantik, pengusaha dan juga selaku Senator terpilih DPD Bali, turut angkat bicara terkait video tersebut. Ia mengecam keras konten yang dianggapnya melecehkan perempuan Bali dan budaya lokal. Ni Luh Djelantik juga meminta aparat terkait untuk menindak tegas pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan video tersebut.
“Permohonan maaf diterima. Proses hukum jalan terus. Segera akan Mbok jadwalkan proses laporan ke kepolisian”. Ucap beliau melalui postingan Instagram Ni Luh Djelantik.
Namun, beberapa pihak juga melihat video tersebut sebagai bentuk satire sosial. Mereka berpendapat bahwa video tersebut sebenarnya menyindir eksploitasi dan objektifikasi perempuan yang masih marak terjadi di masyarakat.
Terlepas dari interpretasi yang berbeda, video “Gek Bali” ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya menghormati perempuan dan budaya lokal. Konten yang mengandung unsur pelecehan seksual dan eksploitasi tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun.
Berikut ini beberapa poin terkait video “Gek Bali”:
- Video tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak karena dianggap mengandung unsur pelecehan seksual dan eksploitasi perempuan, khususnya perempuan Bali.
- Ni Luh Djelantik angkat bicara terkait video tersebut dan meminta aparat terkait untuk menindak tegas pihak-pihak yang terlibat.
- Beberapa pihak melihat video tersebut sebagai bentuk satire sosial yang menyindir eksploitasi dan objektifikasi perempuan.
- Video ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya menghormati perempuan dan budaya lokal.
Masyarakat perlu lebih kritis dalam menyikapi konten-konten di media sosial. Jangan mudah terpengaruh oleh konten yang mengandung unsur pelecehan dan eksploitasi. Laporkan konten tersebut kepada platform media sosial dan pihak berwenang jika menemukannya.
Bersama-sama, kita dapat membangun ruang digital yang lebih aman dan menghormati semua orang.