May 20, 2025

Search
Close this search box.
ogoh ogoh bali 2025 banjar bualu

Makna Arak Ogoh-Ogoh Sebelum Nyepi di Bali

Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Saka bagi umat Hindu di Bali. Perayaan ini memiliki rangkaian upacara yang diawali dengan prosesi Pengerupukan, di mana ogoh-ogoh diarak keliling desa.

Pada tahun 2025, Hari Raya Nyepi jatuh pada 29 Maret. Tradisi ogoh-ogoh bukan hanya menjadi atraksi budaya, melainkan juga memiliki makna filosofis mendalam dalam kepercayaan Hindu.

Ogoh-Ogoh Berbentuk Bhuta Kala

Ogoh-ogoh adalah patung besar yang umumnya dibuat dari bahan ringan seperti ulatan bambu dan kertas, menyerupai wujud raksasa yang menyeramkan. Dalam ajaran Hindu, ogoh-ogoh melambangkan Bhuta Kala, yaitu kekuatan negatif yang ada di alam semesta dan dalam diri manusia. Sosok raksasa ini mencerminkan hawa nafsu, amarah, dan segala sifat buruk yang harus dikendalikan dan dimusnahkan.

Pada malam Pengerupukan, ogoh-ogoh diarak dengan diiringi gamelan baleganjur, kemudian dibakar sebagai simbol pemusnahan sifat buruk. Ritual ini menggambarkan upaya manusia untuk membersihkan diri dari pengaruh negatif sebelum memasuki hari suci Nyepi.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali

Hari Raya Nyepi dan Maknanya

Hari Raya Nyepi adalah momen refleksi dan penyucian diri bagi umat Hindu. Berbeda dari perayaan tahun baru di tempat lain, Nyepi justru dijalankan dalam keheningan dengan menerapkan Catur Brata Penyepian, yaitu:

  1. Amati Geni (tidak menyalakan api), melambangkan pengendalian hawa nafsu.
  2. Amati Karya (tidak bekerja), sebagai bentuk perenungan spiritual.
  3. Amati Lelungan (tidak bepergian), menandakan fokus pada diri sendiri.
  4. Amati Lelanguan (tidak menikmati hiburan), bertujuan untuk menjernihkan pikiran.

Selama 24 jam, seluruh aktivitas di Bali terhenti, termasuk layanan transportasi udara. Keheningan ini bukan hanya untuk introspeksi pribadi, tetapi juga sebagai bentuk harmoni dengan alam.

Hubungan Ogoh-Ogoh dan Hari Raya Nyepi

Prosesi Pengerupukan yang melibatkan ogoh-ogoh memiliki hubungan erat dengan Hari Raya Nyepi. Ritual ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dan energi negatif yang dapat mengganggu keseimbangan alam dan kehidupan manusia. Dengan membakar ogoh-ogoh, umat Hindu melepaskan segala bentuk keburukan agar dapat menyambut Tahun Baru Saka dengan hati dan pikiran yang bersih.

Meskipun tidak termasuk dalam upacara pokok Nyepi, tradisi ogoh-ogoh berkembang pesat sejak tahun 1980-an dan menjadi bagian penting dari rangkaian perayaan. Selain memiliki nilai spiritual, ogoh-ogoh juga menjadi media ekspresi seni bagi masyarakat Bali, di mana setiap desa berlomba-lomba menciptakan karya terbaik mereka.

Pengarakan ogoh-ogoh sebelum Nyepi bukan sekadar tradisi, tetapi juga ritual simbolis yang memiliki makna mendalam. Melalui prosesi ini, umat Hindu di Bali menjalankan penyucian diri dengan harapan memasuki Tahun Baru Saka dalam keadaan lebih baik. Nyepi sendiri menjadi momentum untuk refleksi, pengendalian diri, dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan mempertahankan tradisi ini, Bali tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang universal.

Berita Terbaru
Bali Today
Berita Lainnya