Bali atau pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, memiliki kekayaan budaya dan spiritual yang sangat kental. Salah satu aspek penting yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat Hindu Bali adalah rahina atau hari-hari yang memiliki makna religius dan spiritual khusus.
Rahina dalam masyarakat Hindu Bali tidak hanya menjadi penanda waktu saja. Namun, setiap rahina memiliki momen penting untuk melaksanakan berbagai upacara dan ritual keagamaan dengan nilai-nilai filosofi dan kepercayaan.
Rahina sendiri merupakan hari-hari tertentu yang dipilih berdasarkan kalender Bali, yang mencakup dua sistem yaitu sasih dan pawukon. Perhitungan berdasarkan sasih mengikuti perhitungan bulan, sementara perhitungan pawukon didasarkan pada siklus mingguan. Kedua sistem ini memberikan panduan bagi masyarakat Hindu Bali untuk menjalankan berbagai upacara Yadnya.
Apa Itu Rahina dalam Masyarakat Hindu Bali
Rahina, dalam konteks budaya dan agama Hindu Bali, adalah hari-hari besar yang dipilih berdasarkan perhitungan kalender tradisional Bali. Rahina ini memiliki makna religius yang mendalam dan sering dikaitkan dengan berbagai upacara keagamaan dan kegiatan spiritual. Setiap rahina memiliki signifikansi tersendiri yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam semesta dan para dewa.
Kalender Bali, yang kompleks dan kaya dengan simbolisme, membagi waktu menjadi berbagai siklus yang lebih kecil. Dalam siklus ini, rahina tertentu dianggap lebih sakral dan penting untuk pelaksanaan ritual keagamaan. Misalnya, hari-hari seperti Galungan, Kuningan, dan Saraswati memiliki arti khusus dan dirayakan dengan penuh khidmat. Melalui rahina ini, masyarakat Hindu Bali dapat menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam dan memperoleh berkah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Perhitungan Hari Raya Berdasarkan Pawukon dan Sasih
Menurut Pawukon
Kalender pawukon adalah sistem penanggalan Bali yang berputar setiap 210 hari, terdiri dari 30 wuku (minggu) yang masing-masing berdurasi tujuh hari. Beberapa rahina penting dalam kalender pawukon meliputi:
- Galungan: Hari kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan), dirayakan setiap 210 hari sekali pada hari Rabu Kliwon Dungulan. Galungan menandai dimulainya periode sepuluh hari ketika leluhur diyakini mengunjungi bumi. Baca juga: Sejarah Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali
- Kuningan: Dirayakan sepuluh hari setelah Galungan, pada hari Sabtu Kliwon Kuningan, sebagai penutup rangkaian perayaan Galungan. Pada hari ini, para leluhur diyakini kembali ke alamnya.
- Saraswati: Hari untuk menghormati Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan dan seni, dirayakan setiap Sabtu Umanis Watugunung.
- Pagerwesi: Hari untuk memperkuat jiwa dan raga serta memperkuat pertahanan diri dari hal-hal negatif, dirayakan setiap Rabu Kliwon Sinta.
Menurut Sasih
Kalender sasih adalah sistem penanggalan berdasarkan siklus bulan, yang terdiri dari 12 bulan (sasih). Beberapa rahina penting dalam kalender sasih meliputi:
- Nyepi: Hari raya Tahun Baru Saka, dirayakan pada Tilem Kesanga (bulan mati kesembilan) dengan melakukan amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Nyepi adalah hari untuk introspeksi dan meditasi.
- Siwalatri: Malam suci Siwa, dirayakan pada hari Tilem (bulan mati) di bulan ke-10, sebagai momen untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dan memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuat.
Makna Rahina bagi Masyarakat Hindu Bali
Rahina memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan spiritual dan sosial masyarakat Hindu Bali. Setiap hari raya adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan para dewa dan leluhur, serta memperbaharui komitmen terhadap nilai-nilai dharma. Melalui perayaan tersebut, masyarakat Bali memperkuat solidaritas sosial dan mempertegas identitas budaya mereka.
Selain itu, rahina juga menjadi momen refleksi dan introspeksi. Upacara yang dilakukan pada hari-hari tertentu membantu individu dan komunitas untuk mencapai kedamaian batin dan keharmonisan dengan alam semesta. Dalam setiap rahina, ada pesan moral dan spiritual yang diharapkan dapat membimbing masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kebajikan dan kebijaksanaan.